“Kata pepatah, dunia tak selebar
daun kelor. Tapi kataku, seringnya dunia sekecil daun kelor.”
Sudah pukul 13.20 dan saya masih
terjebak macet di depan Islamic Village Karawaci. Mobil merambat pelan, sepelan
detak jam yang melingkar di lengan kiri saya. Siang itu, 29 November 2014, saya
akan bertemu Bunda Milla Fadhlia, klien Nekad Publishing, yang baru saja
menerbitkan buku puisi berjudul Mutiaraku. Bukunya sudah terbit dan Bunda Milla
memilih mengambil langsung bukunya alih-alih dikirim lewat kurir. Kami sepakat
bertemu pada jam makan siang di Lippo Mall Karawaci. Tapi rupanya jalan kami,
sama-sama terhambat kemacetan panjang.
Bunda Milla, begitu panggilan
saya padanya, adalah penulis asal Pandeglang yang punya banyak puisi dan cerpen
untuk diterbitkan. Beliau memberi kepercayaan pada Nekad Publishing untuk
mengolah dan mempersiapkan kelahiran anak batinnya, setelah melihat buku Smart,
Kreatif, Gaul karya Kru Xpresi Radar Banten yang juga diterbitkan Nekad
Publishing September lalu. Dalam buku itu, tulisan Nadia Nahdiati Sofa, yang
tak lain adalah putri pertamanya, dimuat. Dari sanalah perkenalan kami dimulai.
“Kayaknya saya nggak bisa on
time. Macet parah di tol,” pesan singkat Bunda Milla membuat saya meringis.
Sebenarnya saya ingin mengirim pesan yang sama padanya. Kalau saya juga datang
terlambat karena macet yang luar biasa. Meski akhirnya saya yang tiba terlebih
dahulu dan hunting buku ke Gramedia lalu duduk-duduk di lantai dua arena
Time Zone. Dan Bunda Milla datang tiga setengah jam kemudian. Hehe.
Saya mafhum. Perjalanan Bunda
Milla dan keluarga dari Pandeglang menghabiskan waktu tempuh yang lumayan
panjang. Ditambah lagi macet di banyak titik. Maka saat bertemu dan Bunda Milla
menuntun dua anak laki-lakinya, kami langsung mencari tempat asyik untuk
ngobrol dan makan sore. Jadwal makan siang terpaksa diganti jadi makan sore.
Hehe.
Bunda Milla yang bekerja sebagai
guru salah satu SMP di Pandeglang ini, bercerita banyak hal. Terutama tentang
sepak terjangnya di dunia menulis. Artikelnya sering dimuat di beberapa koral
lokal Banten. Bahkan ada yang sudah tembus ke Pikiran Rakyat. Lalu kami
mengobrol soal lain yang membuat saya semakin yakin kalau dunia memang sering
seperti daun kelor. Rupanya Bunda Milla adalah keluarga besar Mathla’ul Anwar,
yayasan pendidikan yang berpusat di Menes-Pandeglang. Saya juga keluarga besar Mathla’ul
Anwar, setiap hari belajar bersama adik-adik di SMP Mathla’ul Anwar Buaranjati dan
sharing bersama mahasiswa UNMA setiap akhir pekan. Bunda Milla juga
pernah menjadi dosen UNMA tapi karena ingin memberikan banyak waktu untuk putra
putrinya, Bunda Milla resign.
Lelahnya perjalanan dan lamanya
waktu tunggu, terbayar sudah oleh keakraban yang terjalin oleh kesinambungan-kesinambungan
kecil yang membuat kami terkekeh.
Omong-omong, selamat, Bund. Atas
kelahiran anak batinnya.
Tari – CEO Nekad Publishing
0 komentar:
Post a Comment