Saya pikir, hari libur ini saya bisa menulis banyak hal. Sejak pagi sudah berkutat dengan cucian, piring kotor, sapu, dan lain-lain. Berharap setelah selesai membereskan pekerjaan rumah, saya bisa duduk di Bengkel dan langsung mulai menulis beberapa judul yang sudah saya siapkan di buku catatan. Tapi setelah menyalakan laptop. Saya hanya bengong melihat ke layar Microsoft Word dan tak ada yang bisa saya tulis. Ah! Bad mood pun langsung menyerang.
Saya mencoba memancing inspirasi dengan membaca, mendata koleksi buku Bengkel, membolak-balik buku, mendengarkan lagu-lagu Iwan Fals, sampai memotret. Lalu kembali lagi ke depan laptop dengan harapan yang sama: bisa menuliskan banyak hal di hari libur yang menyenangkan ini. Tapi ternyata, nihil! Saya tidak bisa menuliskan apa pun! Ugh, payah sekali!
Saya pun menyerah. Saya matikan laptop dan menyimpannya di kamar. Lantas saya kabarkan kekesalan saya ini pada kawan baik yang tinggal di Bukit Cimoyan sana. Dia itu penulis dan penyair heibat. Insyaallah nanti saya ceritakan lebih banyak tentang dia. Isi SMS saya tak jauh beda dengan paragraf pembuka yang ada pada tulisan ini. Dia seperti biasa, menjawab dengan gayanya yang santai.
Ahahahhaaa lagi nulis? Sama kalo gitu. Kalau nggak ada inspirasi gitu tulis aja hal yang dirimu anggap menyenangkan. Jangan tulisan yang serius-serius. Bermain-main dengan teks. Hehe.
Justru yang sejak awal ingin saya tulis memang jenis tulisan yang santai. Tapi tetap saja tidak ada satu kata pun yang bisa saya telurkan. Dan dia menyarankan hal ini:
Kalo gitu tutup dulu lepinya. Lakuin hal yang menyenangkan dulu. Main game, main-main dengan desain, jalan-jalan, dengerin musik, ngoser-ngoser. Hee. Tapi jangan kebablasan.
Saya tergelak. Baru saja tuntas membaca pesannya, satu pesan lagi masuk.
Eih, saya punya satu tips yang saya baca dari blognya penulisa yang udah nelurin belasan novel, tapi saya lupa namanya. Katanya, kalo writer block lagi menyerang, cobalah untuk berbagi. Berbagi pengetahuan kita ke yang lain. Itu bisa memotivasi diri kita sendiri.
Well. Good point! Saya pun membalasnya dengan canda. Saya bilang bahwa level bad mood saya bertambah setelah saya merasa gerah karena mencoba mengalihkan bête dengan cara fitting baju yang baru diambil Mama di tukang jahit. Dari situ saya tahu, menghilangkan kesal dengan cara mencoba baju baru, bukan hal yang benar. Apalagi bila bahan bajunya ternyata bikin gerah luar biasa.
Hmm. Masih ada jalan lain menuju Roma bukan? Saya pun beranjak ke dapur. Membantu Mama memasak. Dan ternyata ini berhasil! Di sesi masak tadi, ada gerakan-gerakan yang membuat energi saya terkuras. Dan saya yakin, ini lah yang akhirnya melunturkan juga kekesalan saya dan mencairkan otak yang sejak tadi serasa beku. Ya, gerakan-gerakan itu meliputi gerakan tangan seperti cuci piring, cuci sayuran, potong-potong tahu, mengangkat wajan, menuangkan minyak, menghindar dari letikan-letikan minyak panas, dan lain-lain. Yang paling seru adalah gerakan memukul-mukul ikan asin dan menggerus cabai, bawang dan tomat. Saya membayangkan sedang memukul dan menggerus bad mood saya.
Yeah! Saya pun membuat laporan tertulis pada kawan saya dari Bukit Cimoyan itu. Ya, laporan bahwa saya sudah berhasil menghilangkan bête. Dan berniat untuk menuliskan hal ini segera. Dia juga menyarankan hal yang sama.
Baguuus. Eeeeh.. sesi motong-motong ama ngagedigan lauk asin itu bisa dikembangin jadi tulisan kan tuh. Hahaha. Itu inspirasi.
Haha. Ya, itu inspirasi dan kini saya sudah tidak writer block lagi!
0 komentar:
Post a Comment