Pramuka Never Ends

Oleh Anna Lestari

Siang-siang begini saat melewati jalanan lengang dengan hamparan hijau pesawahan dan pohon-pohon di sisi kanan kiri jalan, saya terkenang akan masa-masa SMP dulu. Ketika rajin sekali mengikuti kegiatan pramuka. Latihan setiap Jumat atau Sabtu sore, pelantikan, kemah, hiking, dan masih banyak lagi kegiatan kepramukaan lainnya. Semua itu sangat memberikan kesan mendalam dalam diri saya dan tanpa saya sadari sebelumnya ternyata pramuka melekatkan berbagai nilai positif dalam kepribadian saya.
Disiplin dan Kompak
Mengenal pramuka sejak SD namun baru benar-benar aktif pada masa SMP. Di MTs Mathla’ul Anwar Buaranjati lah saya memulai kegiatan di ranah kepramukaan. Saat itu saya direkrut menjadi regu inti untuk perkemahan yang akan dilangsungkan di kecamatan Sukadiri. Awalnya saya kaget karena pertama kalinya ada dalam tim yang sangat mengutamakan kedisiplinan dan kekompakan. Latihan setiap sore dan tidak boleh telat, tidak boleh mengeluh, harus terus semangat sepanjang latihan. Setiap datang terlambat, kami akan dihukum oleh pelatih kami, Kak Gadapi namanya, dengan sangat sadis. Hehee. Kesadisan itu sebenarnya hanya hiperbola dari hukuman berupa squat jam atau bending. Atau sesekali lari keliling lapangan basket. Tapi dari sana saya semakin tahu, bahwa waktu sangatlah berharga dan kedisiplinan adalah modal menghargai waktu. Tak ada toleransi bagi yang tidak disiplin, hukuman adalah harga yang harus dibayar bagi orang-orang yang lalai.
Bersiap Sebelum Berperang dan Berjuang Mati-matian
Sebenarnya ada hal yang lebih sadis dari hukuman yang diberikan bila kami terlambat, yakni proses lomba baik itu lomba satu hari atau lomba yang yang dilangsungkan dengan perkemahan. Biasanya kami latihan satu sampai dua bulan sebelum lomba, setiap hari, dalam sehari kami bisa latihan 3-4 jam. Mulai dari latihan fisik sampai latihan mental. Tapi perjuangan kami selama latihan berminggu-minggu itu hanya akan dipertaruhkan dalam sekali waktu. Tak ada toleransi bagi kesalahan. Jika pada saat hari H kita salah sedikit saja, maka latihan berminggu-minggu itu seperti tidak ada artinya. Maka di sanalah puncak perjuangan kami. Di sanalah kami berjuang sampai titik nadir. Mengerahkan segenap kekuatan sisa (karena kekuatan kami sudah lama dikuras sejak latihan) tapi harus mendapatkan hasil maksimal. Suara serak, badan pegal-pegal, kulit wajah kecoklatan karena terbakar sinar UV, tak lagi kami hiraukan. Alhamdulillah, dari setiap event yang kami ikuti, selalu saja ada tropy yang kami bawa pulang. Bahkan di beberapa event, kami menyabet juara I sampai juara umum! Wiiiw.
No Jijik, No Cengeng, No Manja!
Ada yang bilang pramuka itu jorok? Kotor-kotoran, tiarap di kubangan, duduk deprok di mana saja. Ahahahaa. Seperti kata iklan detergen, nggak kotor ya nggak belajar. Bagi kami, kotor adalah kawan sehari-hari. Kami latihan di lapangan yang berdebu, duduk di tanah tanpa alas, nyeblos ke sawah, kubangan, dan lain-lain. Hal itu belum seberapa, soal lapangan berlumpur dan semuanya itu memang harus kami hadapi sebagai bagian dari aktivitas fisik, menguji ketahanan fisik kami dan juga mental jijik kami. Tapi di luar aktivitas lomba, seringnya kami juga harus berhadapan dengan hal-hal menjijikan lainnya. Seperti dalam kemah, kami sering berkemah di perkampungan yang minim sekali fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) nya. Kami harus menumpang mandi di pemukiman warga, mendekat ke mushola atau masjid, atau langsung nyebur ke kali dan mampir di kakus-kakus terdekat. Weeh. Hal ini jadi pelajaran penting sekali buat saya. Saya yang orangnya jijikan, paling nggak bisa take a poop di WC orang lain (apalagi yang kotor dan bau), jadi harus memaksakan diri sampai tutup hidung dan tutup mata setiap masuk WC. Dan take a pie atau take a poop di kakus adalah proses ajaib yang juga pernah saya lakoni. Kotoran hasil pencernaan kita langsung jatuh dan mengalir terbawa air. It’s amazing. Hehehee. Dari hal ini saya sangat bersyukur, di rumah, masih ada kamar mandi yang bersih. Dan pelajaran lain yang saya catat adalah: jika terpaksa kakus atau cukang di kali masih lebih baik dari pada WC berlumut dan super bau. Hueks.
Selain rasa jijik yang harus dihilangkan dari seorang berjiwa pramuka, cengeng dan manja juga dua hal yang harus segera dihapus. Tidak akan ada yang simpati dengan kecengengan dan kemanjaan kita terutama saat-saat lomba berlangsung. Ketika kita bercengeng-cengeng dan bermanja-manja, bukannya tambah disayang atau diperhatikan bisa jadi kita malah ditendang! Wehehe. Tapi ada juga cengeng yang lucu. Ketika itu kami sedang makan siang, lalu tiba-tiba terdengar kegaduhan anak-anak regu putra. Ternyata ada yang kehilangan timbelnya. Yang lain sudah menyantap makanan masing-masing tapi dia masih sibuk mencari bekalnya itu. Anak-anak seperti kompak mengerjainya. Tak ada satu pun yang menawarinya makan sampai dia menangis. Setelah dia menangis, barulah ada yang mengembalikan bekal yang sengaja disembunyikan oleh anak putra. 
Hilangnya Rasa Malu dan Takut
Pramuka tuh nggak tahu malu! Hehee. Bayangkan saja, kami nyanyi-nyanyi sepanjang jalan pada saat hiking, memakai aksesoris aneh-aneh, muka coreng moreng, dilihat orang-orang kampung, semua tidak kami pedulikan. Rasanya muka kami setebal tembok. Dan hal yang paling menguras rasa malu saya adalah ketika mesti melakukan gerakan (serupa koreografi) dalam penampilan qosidah. Aduhai, itu gerakan yang diciptakan langsung oleh pelatih kami sangat membutuhkan muka tebal. Karena selain di-make up tebal lengkap dengan gincu merah, kepala dihias hijab dan pita warna mencolok, sesekali memakai selendang yang di selempangkan, kami juga harus bergerak ke kiri dan ke kanan, memiringkan lutut empat puluh lima derajat, dan gerakan-gerakan aneh lain, yang bagi saya itu lebih mengarah pada gerakan senam ketimbang gerakan tarian. Bayangkan, lantunan music qosidah diiringi gerakan senam! Haha.
Selain rasa malu, rasa takut juga hal yang harus dihilangkan dalam pramuka. Kami yang mengaku berjiwa patriot harus berani. Berani maju, berani tampil, berani menghadapi kegelapan malam, pokoknya berani! Keberanian itu dilatih dengan berbagai cara, untuk berani tampil maka kami diminta maju satu-satu, bicara di depan teman-teman atau melakukan aksi apa pun. Untuk berani bertanya, maka kami diberikan stimulant tentang satu wacana dan kami diminta untuk kritis serta tak malu bertanya bila kami tidak mengerti. Untuk berani menghadapi kegelapan, kami biasanya dilatih pada sesi pelantikan. Ada kegiatan Jurit Malam. Tengah malam kami dibangunkan dan dikumpulkan di lanpangan. Lalu kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-4 orang. Setiap kelompok diberi rute perjalanannya dan kami akan menyusuri jalanan gelap dan sepi. Bahkan tak jarang kami mendatangi tempat-tempat yang dikenal angker. Sepanjang perjalanan akan selalu ada cerita, akan selalu ada spot yang membuat bulu kuduk merinding atau lari terkencing-kencing. Dan saya pikir, dari sana lah keberanian saya mulai terpupuk. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, tapi saya juga heran kenapa saya berani melewati jalan gelap sendirian, sepanjang Serang-Tangerang yang kata orang menyeramkan. Saya menyadari hal ini ketika ada teman saya bilang, “Mbak nggak takut pulang dari Serang ke Tangerang malem-malem? Saya aja nggak berani. Eh, mbak kan anak pramuka ya! Hehe.” Meskipun begitu, biasanya ada saja hal-hal yang membuat saya takut: misal deket-deket cicak dan lihat film-film horror. Hiiiy.
Well dari beberapa nilai yang saya dapat dari pramuka, masih banyak lagi hal-hal yang belum saya ungkapkan. Bagi saya, pramuka never ends. Tapi FYI, segala nilai dalam pramuka memang sudah tertulis jelas dalam Dasa Darma, atau sepuluh dasar anggota pramuka. Biasanya Dasa Darma selalu dengan lantang dilafalkan sebelum latihan pramuka dimulai. Mau tahu?
Dasa  Darma Pramuka
                Pramuka Itu :
1.       Takwa Kepada Tuhan yang Maha Esa
2.       Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia
3.       Patriot yang Sopan dan Ksatria
4.       Patuh dan Suka Bermusyawarah
5.       Rela Menolong dan Tabah
6.       Rajin, Terampil dan Gembira
7.       Hemat, Cermat dan Bersahaja
8.       Disiplin, Berani dan Setia
9.       Bertanggung Jawab dan Dapat Dipercaya
10.   Suci dalam Pikiran, Perkataan dan Perbuatan


0 komentar:

Post a Comment