Sudah saya katakan bukan, ini kali pertama saya berurusan secara intens dengan pesantren tradisional, kyai dan para santri. Meski sebelum itu saya juga pernah sekali berkunjung ke kobong sahabat saya yang mondok di pesantren qira’at, itu pun hanya mampir sebentar dan tidak bertemu dengan kyainya. Saya juga pernah beberapa kali main ke rumah teman yang punya ayah seorang kyai dan punya pesantren di samping rumahnya. Itu pun rasanya rikuh sekali bila bertemu sang ayah. Maka di Darul Istiqomah lah awal saya merasa akrab dengan suasana pesantren. Meskipun saya hanya main dan tidak terlibat langsung di program pengajiannya. Hehe.
Jika pada tulisan sebelumnya saya menceritakan latar belakang dan sedikit gambaran tentang Darul Istiqomah. Kali ini saya ingin menyorot salah satu tokoh penting di dalam pesantren. Yakni lurah kobong atau yang akrab dipanggil jaro. Saya mengenal kata ‘jaro’ pertama kalinya dari kampung sendiri. Ada jaro Saidin, jaro Marsin, dan lain-lain. Jaro itu sebutan untuk pegawai desa, asisten lurah yang tugasnya keliling, ‘tukang leumpang’ dalam istilah sunda. Tapi jaro di Darul Istiqomah berarti ketua santri, biasanya dijabat oleh santri senior yang mumpuni.
Dan si jaro Darul Istiqomah adalah mamang santri dari Tangerang. Dia mulai mondok tahun 2007 dengan restu setengah saja dari bapaknya. Tak membawa banyak bekal membuatnya bekerja sebagai asisten Babeh Azan, pemilik warung bakso dekat pesantren. Dia bekerja paruh waktu membantu Babeh sehingga bisa menyambung hidupnya di Darul Istiqomah.
Mang jaro ini punya nama lahir Muhammad Juhandi, yang dipanggil Adi oleh seluruh keluarga besarnya. Namun, anak kampungnya memanggil dia ‘Piteuk’. Lain panggilan di kampung, lain pula panggilannya di sekolah. Teman-teman SMA-nya memanggil dia ‘Acunk’. Setelah dikonfirmasi, panggilan Acunk itu disematkan kepadanya karena rambutnya yang sering ngacung. Hahay. Panggilan Acunk ini hanya sebatas panggilan kawan-kawan sebaya di SMA, tapi bila dia berkenalan dengan adik-adik kelasnya, dia berkenalan dengan nama lain. Saya masih ingat betul saat dia memperkenalkan diri di depan forum pada satu acara sekolah
“Saya Muhammad Juhandi, panggil saja Joe. Saya menjabat sebagai ketua OSIS SMA MA, bla bla bla bla..”
Perlu diketahui saudara-saudara, Juhandi alias Joe ini ketika SMA sangat-sangat pede. Dia yang sehari-hari selalu menjinjing-jinjing buku ini (entah dibaca atau tidak) sangat bangga dengan jabatan ketua OSIS yang disandangnya. Dan saya pikir, saat itulah debutnya sebagai leader dimulai. Joe memang lelaki yang smart, supel dan suka ngatur. Tiga hal yang saya rasa cukup menjadi modalnya sebagai pemimpin. Meskipun sifat ketiga (suka ngatur) itu terdengar agak menyebalkan.
Ya, itulah jaro kita. Jaro Juhandi. Saya tidak heran saat mengetahui kakak kelas saya ini jadi ketua para santri di Darul Istiqomah. Seperti yang sudah saya terangkan, dia punya cukup modal untuk jadi leader.
Well, kita semua sama-sama paham. No body’s perfect. Tak ada manusia yang sempurna kan? Begitu juga dengan si jaro. Meski dia punya prinsip tak pernah merelakan diri menunjukkan kelemahannya, masih ada sisi-sisi menyebalkan, unik dan tak terlupakan yang bisa kita telisik. Haha. Siap-siaplah Juhandi! Saya akan menyerangmu. Hee.
- Kepala batu
Jaro Adi, baik hati, punya sense of humor, perhatian, tapi keras kepala minta ampun! Dia paling tidak mau kalah dari orang lain. Apalagi bila sedang beradu argumen. Sebenarnya sih, sifat kerasnya ini bisa disiasati dengan cara memperlakukannya dengan baik dan lemah lembut. Tapi coba deh, tanya sama semua orang yang kenal si jaro, dia itu kekeuh bukan main. Hal ini juga diakui orang terdekatnya (yang enggan disebutkan namanya), sejak kecil sifat keras kepala ini sudah terlihat. Jika punya keinginan harus dituruti, bila tidak Adi kecil akan membanting pintu, melempar barang-barang, atau pura-pura bunuh diri dengan lompat dari loteng. Atau tak jarang juga dia ngoser-ngoser di pasir mirip kucing kebelet buang air. Mungkin itu sebabnya ada tanda cakaran kucing di pipinya. Bisa jadi saat Adi sedang ngambek di pasir itu, dia rebutan sama kucing dan main cakar-cakaran dulu. Hehe. Ah, pokoknya kalau keras kepalanya lagi kumat, dia jadi makhluk super duper menyebalkan. Oya kepala batunya ini ternyata pernah sekali waktu diakui oleh dirinya sendiri. Ketika itu, saya sedang mengontak dia di telepon dan kami beradu pendapat. Lalu perdebatan kami terputus karena dia mesti melakukan kegiatan lain. Di akhir teleponnya, dia bicara begini: “Yaudah deh, dengan kepala berat kita akhiri saja perdebatannya.” Saya terkekeh. Saya bilang, “Jelas aja kepalamu berat, Bang. Kepalamu kan terbuat dari batu.” Dia pun memberengut. Hahay.
- Suka ngetes
Kalau di depan dia, jangan sampai deh kita kelihatan sok tau sedikit saja. Sebab dia akan langsung mengetes sejauh mana kita akan bertahan dengan kesok tahuan kita. Sampai akhirnya kita mulai merasa tidak nyaman seperti sedang menghadapi interview di meja kerja atau lebih ngeri lagi, seperti sedang ujian nasional dengan pengawas super galak dan menyeramkan. Hiiiy! Sifatnya yang suka ngetes ini tentu membuat kita gemas. Hayo ada yang berani lawan jaro? Hajaaar, maaaang.
- Suka ngeles
Heuh. Tahukah saudara-saudara, keahlian si jaro selain pintar ngetes, dia juga suka ngeles! Iya, ngeles alias mencari-cari alasan untuk kesalahan-kesalahan kecil yang tak mau dia akui. Misal, ketika tak sengaja dia melakukan hal yang memalukan dan membuat gelak tawa tak bisa lagi kita tahan. Lalu dia berkata seperti ini, “Sengaja malu-maluin juga, biar lucu.” Haha. Jangan percaya saudara-saudara, karena sudah pasti itu hanya alasan! Misalnya lagi, dia salah menjawab pertanyaan, lalu kita memberi tahu dia jawaban yang benar, dan tentu sudah bisa ditebak apa yang akan jaro lakukan? Yup! Dia akan bilang, “Sengaja pura-pura nggak tahu, ngalah aja, biar kamu yang jawab.” Heuu. Ckck.
- Suka kentut sembarangan
Siapa yang sudah pernah menghirup aroma kentutnya jaro? Saya mengacung paling tinggi! Jika ingat itu, saya tidak napsu makan selama semenit. Hihi. Bagi yang belum pernah merasakan betapa harumnya kentut jaro, silakan minta langsung ke orangnya. Hee.
- Perhatikan bibirnya baik-baik
Jika mang jaro sedang beraktivitas, terutama saat dia menulis atau mengiris bawang, tolong perhatikan bibirnya baik-baik. Bibirnya akan bergerak-gerak seirama dengan gerakan tangan. Haha. Kriyet.. kriyet..
- Tengleng
Apakah teman-teman pernah mendengar istilah tengleng? Setahu saya, tengleng itu istilah untuk menunjukkan kepala yang suka miring-miring sebelah. He. Iya seperti gerak-gerik kepala mang jaro yang suka tengleng ke kanan kiri. Saya sebenarnya tidak betah dengan kebiasaan dia ini. Saya pikir lehernya sakit atau ada baut di lehernya yang rusak, yang harus diganti. Hihi. Ternyata menurut pengakuannya, lehernya itu memang sering pegal. Dan jika pegal menyerang lehernya, dia akan menengglengkan si leher ke kanan dan kiri. Sampai menjadi kebiasaan. Meskipun tidak pegal, dia suka tengleng-tengleng begitu. Lama kelamaan, malah saya yang pegal melihatnya. Hehee.
- Gampang nangis
Bayangkan, mang jaro yang tegas dan kadang galak plus suka membentak itu ternyata cengeng sekali. Dia bisa jadi mahluk paling melankolis se-Darul Istiqomah. Memang pada dasarnya dia lelaki yang tegar, tapi ternyata ada hal-hal tertentu yang selalu berhasil menyentuh sisi emosionalnya. Pertama, saat putus cinta. Dia bisa nangis tujuh hari tujuh malam sampai kolam mandi Darul Istiqomah banjir. Hihi. Kedua, saat nonton film India yang dibintangi Sakhruk Khan, terutama film-film yang mengharu-biru seperti Kabhi Kushi Kabhi Gham, atau Veer Zaara. Saat ada adegan sedih, maka perhatikan lah hidung mang jaro, niscaya air hidungnya akan menetes. Hihi. Dibarengi dengan air mata tentu saja. Ketiga, bila disayang oleh emak-emak. Hiiii. Bukan, mang jaro bukan tipe lelaki odiepus complex yang suka pada perempuan lebih dewasa (meskipun dia pernah punya pacar yang umurnya empat tahun lebih tua). Dia selalu terharu bila ada emak-emak memperhatikannya, mencurahkan kasih sayang padanya, dan mau menjadi teman curhatnya. Ea ea ea..
Bersambung dulu yaaa..
0 komentar:
Post a Comment