Tadi malam, sambil mencari-cari tulisan yang nyelip di facebook, saya menemukan tulisan ini. Tulisan tentang ulasan cerpen "Cermin Maharani" yang saya tulis tahun 2012 silam. Saya sendiri baru tahu ternyata cerpen ini diulas oleh tim Forum Aktif Menulis, komunitas kepenulisan online yang berpusat di Pare Kediri. Inilah ulasannya, saya posting ulang dari grup FAM Indonesia.
Ulasan Cerpen "Cermin Maharani" Karya Yori Tanaka (FAMili Tangerang)
Anna adalah tokoh utama dalam kisah ini. Ia mempunyai seorang sahabat bernama Maharani. Maharani sering nampak murung. Setiap waktu, Anna seolah berperan menjadi sahabat sekaligus pengamat. Maka setiap gerak laku sahabatnya itu tersimpan rapi dalam bingkai ingatannya. Anna adalah orang yang paling peduli pada Maharani, meski terkadang temannya itu tak selalu bersikap terbuka padanya.
Maharani adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga miskin. Sementara itu, waktu seolah menuntut banyak. Ia tak dapat berbuat apa-apa ketika persoalan ekonomi dalam keluarganya tak kunjung menemui solusi. Itulah sebabnya ia sering menjadi bahan ejekan teman-temannya karena sering diantar-jemput oleh seorang lelaki yang usianya terpaut jauh darinya. Alasannya adalah karena ingin menghemat ongkos.
Anna dan Maharani berpisah setelah mereka lulus. Mereka bertemu kembali pada suasana yang berbeda. Sejak itu, kehidupan Maharani nampak lebih baik dengan pekerjaannya sebagai seorang kasir. Ia pun tak lagi mendapat ejekan karena kekasih barunya adalah lelaki yang tampan.
Namun semua kebaikan yang nampak itu buyar seketika setelah mereka tak bersua cukup lama. Maharani hamil oleh kekasih yang ternyata bukan lelaki baik-baik. Anna yang kala itu hendak memberi Maharani kado sebuah cermin—karena sahabatnya ini gemar berdandan—urung melakukan niatnya. Luka penyesalan tak lagi dapat tersembuhkan. Maharani yang salah bergaul, membuat masa depannya hancur secara perlahan. Anna bersedih mendapati kenyataan ini.
Secara keseluruhan cerpen ini bagus. Dari segi ide, penyampaian, dan pesan sudah baik. Namun ada beberapa koreksi dari Tim FAM mengenai EYD. "Takkan" sebaiknya ditulis "tak 'kan" (perhatikan tanda apostrof). Kemudian kata "kan" baiknya diubah menjadi: akan atau 'kan (perhatikan apostrof).
Lalu pada kata yang terdapat di bagian dialog, banyak sekali yang semestinya diketik dengan huruf miring karena bukan merupakan bahasa baku. Di antaranya: "gue", "lu", "pengen", "cepet", "ngerebonding", "nyalahin", "ngerayu", "nyangka", "ngeledekin", "ngabisin", "ngangkot", "ngerasain", "ngaca", "temen", "kalo", "nggak", "kesel", "banget", "dianter", "emang", "sebel", "tau", "mending", "simpen", "laen", "ngerti", "aja", "sorry", "abisnya", "udah", "seneng", "sebenernya", dan "ninggalin". Tetapi bagian ini juga masih menjadi polemik di kalangan ahli linguistik. Ada yang mengatakan, kata-kata tidak baku di dalam dialog tidak perlu dimiringkan, tetapi sebagian yang lain harus dimiringkan karena tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun FAM tetap berprinsip kata-kata itu harus dimiringkan.
Teruslah berkarya dan tetap semangat menulis. Tebarkan inspirasi dan nilai-nilai bermanfaat lewat tulisan.
Salam santun, salam karya!
TIM FAM INDONESIA
0 komentar:
Post a Comment