Buku Kesayangan dan Kertas Gorengan

“Baca tulisanmu tentang kampung, jadi pengen pulaaaaaang..!”

Itu komentar pertama yang saya baca dari Mrs. Eis, teman baru di jejaring sosial Facebook, beberapa waktu lalu. Komentar yang mengawali pembicaraan kami selanjutnya. Sebenarnya nama Eis Naningsih tidak begitu asing di telinga saya. Kak Adi, teman sejak dua belas tahun lalu itu, beberapa kali cerita soal perempuan yang tinggal di Cilegon ini.

“Mrs. Eis pesan buku Pulang. Nanti lebaran dia pulang kampung ke sini.” Kata Kak Adi beberapa hari sebelum Idul Fitri.

Wah tentu saja saya senang bisa punya teman baru yang mengapresiasi karya saya.

Di lebaran ini, saya berkesempatan bertemu perempuan dua anak ini. Tepatnya hari Selasa, 29 Juli 2014 lalu. Awalnya Kak Adi mengantar Ayu, putri pertama Mrs. Eis ke Bengkel Baca. Ayu yang baru masuk kelas VII SMP ini mengaku senang baca, terutama novel-novel misteri. Sekitar satu jam Ayu di Bengkel, mamanya datang bersama adiknya. Itulah kali pertama kami bertatap muka.

Seperti yang Kak Adi ceritakan, Mrs. Eis ini tipikal orang yang periang, rame dan suka cerita. Ia langsung menceritakan minatnya pada buku sejak kecil.

“Sekarang kesukaan mamanya nurun ke Ayu. Kita sering main ke perpus dan pinjam buku sama-sama,” celotehnya riang sambil merangkul anak pertamanya itu.

Mrs. Eis mencari buku yang ingin ia baca selama libur lebaran di rumah orang tuanya sampai Jumat nanti. Ia mengambil novel New Moon karangan Stepanhy Mayer.

“Aku lebih dulu nonton filmnya. Tapi belum baca novelnya. Di perpus Cilegon belum bisa dipinjam, katanya masih di kardus, nggak tahu deh dikeluarinnya kapan,” terangnya sambil terkekeh.

Sambil memegang-megang New Moon, Mrs. Eis menyoal Gol A Gong yang akunnya dihack beberapa waktu lalu. Ia mengetahui hal itu dari postingan yang saya share di Facebook. Ia bilang, “Sayang banget ya. Eh, aku udah lama banget nggak baca karyanya Gol A Gong. Apa buku terbarunya?” tambahnya antusias.

Mrs. Eis juga membagi pengalaman buruknya di masa lalu, tentu soal buku. Dulu, ketika sekolah di Serang, Mrs. Eis sudah mulai mengoleksi buku-buku, lalu saat pulang liburan semester ia membawa buku-bukunya ke rumah. Ia simpan buku-buku itu sampai satu rak penuh. Tapi setelah ia pulang di liburan berikutnya, buku-bukunya itu sudah lenyap dari rak. Mrs. Eis mengaku syok dan menanyakan kemana buku-bukunya pada sang ibu. Dengan entengnya si ibu menjawab, bukunya dirobek-robek dan kertasnya dipakai untuk membungkus gorengan.

“Ibu kan dulu jualan gorengan. Beliau nggak ngerti kalau buku-buku itu berharga. Tahunya aku udah selesai baca dan nggak penting lagi. Padahal kan meski pun aku udah baca, sesekali kalau aku kangen aku bakal baca lagi buku itu.”

Duh! Saya meringis. Membayangkan satu rak buku habis jadi kertas-kertas penuh minyak pembungkus gorengan. Ow ow. (Tari)

0 komentar:

Post a Comment