DILEMA TIROID


Setiap waktu ashar atau menjelang magrib, panas dingin menyerang. Kaki tetiba sedingin es, sementara bagian dada dan punggung terasa panas. Saya pernah mengalami hal ini saat masih kuliah, biasanya dalam sebulan bisa terjadi dua sampai tiga kali. Namun kali ini serangan terjadi lebih sering, hampir setiap sore saya mesti mengenakan kaos kaki dan sweater, dingin dan gerah sekaligus.

Saya pikir, saya hanya kelelahan. Maka tidur menjadi solusinya. Alhamdulillah setelah tidur 1-2 jam, tubuh saya kembali normal. Namun, karena semakin hari serangan ini semakin sering terjadi, ditambah dengan kekhawatiran Mama dan suami saya ketika melihat wajah saya yang pucat, lemas tak bertenaga, meringkuk di tempat tidur sepanjang senja, membuat saya memutuskan untuk pergi ke dokter. Agak telat sih, memang. Tapi, belum terlalu terlambat kan? Hehe.

Pertama, saya berobat ke Avia Medika, klinik terdekat dari rumah. Di siang yang mendung, pertengahan Januari lalu, saya duduk di depan dokter muda yang menimbang-nimbang diagnosanya setelah memeriksa saya. Dari gejala-gejala yang saya rasakan, besar kemungkinan, ada yang tidak beres dengan kelenjar tiroid saya. Dokter pun meminta saya memastikan diagnosanya dengan tes laboratorium. Ia hanya memberikan obat penurun panas dan multivitamin.

Saya dan suami ke lab Sandi Asih Sepatan, sekitar 10 menit dari klinik. Saya kira, cek hematologi dan hormone tiroid itu tidak memakan biaya yang terlalu besar. Rupanya, biayanya hampir satu juta rupiah. Saya langsung menelpon Mama dan meminta nasehatnya sebelum melangkah lebih lanjut. Mama bilang, saya datangi saja dulu dokter spesialis penyakit dalam di Sari Asih, rumah sakit Islam yang cukup terkenal itu. Ternyata, diagnosa dokter spesialis itu sama dengan diagnosa sebelumnya. Beliau juga menyarankan saya segera cek darah dan rontgen. Fuuiiih.

Selama menunggu hasil lab yang baru bisa diambil selama empat hari, saya khawatir sekali kalau-kalau tiroid saya mengalami gangguan serius. Ditambah lagi sugesti-sugesti yang masuk ke pikiran saya, semakin membuat saya was-was. Saya googling segala hal yang berkenaan dengan kelenjar tiroid. Semua gelaja penyakit ini memang sama seperti yang saya alami. Panas dingin setiap sore, kegerahan dan perasaan tak nyaman saat tengah malam, sangat lelah dan tak bertenaga, berat badan berkurang, dan lain-lain. Pada saat yang bersamaan, saya juga sedang memegang buku kesehatan yang saat saya buka-buka, ada sedikit ulasan tentang tiroid, yang juga berpengaruh pada kesuburan wanita. Wah wah.

Empat hari berselang, saya datangi lagi Sari Asih dan Alhamdulillah hasil tesnya negatif. Semuanya dalam batas normal. Pertanyaan baru pun muncul. Penyakit apa sebenarnya yang ada dalam tubuh saya? Dokter menggeleng. Ia menyarankan saya tes urine. Alih-alih kembali ke lab dengan biaya selangit itu, saya pulang. Suami mengajak saya berobat ke H. Hamdani, ahli syaraf yang sudah terkenal keahliannya. Ia membuka praktek di rumahnya, kampung Ganefo Pekayon, kecamatan Sukadiri.

Setelah ditangani beliau, Alhamdulillah saya agak segar, wajah juga tidak pucat lagi dan semangat sudah mulai muncul. Tapi, seminggu ini saya kembali ngedrop. Mama yang masih penasaran pada penyakit saya, mengajak saya kembali ke rumah sakit. Kali ini, kami memilih Awal Bros, rumah sakit di daerah Kebon Nanas. Saya menemui dr. Haryanto Utama, SpPD. Saat membuka pintu ruang pemeriksaan, dokter menyambut dengan senyuman dan langsung menanyakan apa yang saya rasakan.
Beliau juga menanyakan semua aktivitas harian saya. Saya ceritakan semuanya. Saya ajukan lembar-lembar hasil lab pada beliau. Saat beliau tahu bahwa panas dingin ini sudah saya alami tahunan, si dokter kaget melihat saya masih hidup! Seharusnya, bila panas dingin menyerang saya selama itu, saya sudah mati. Dokter menggeleng-gelengkan kepala.

“Penyakit kamu agak aneh ya? Hasil tes negatif, semuanya oke,” ia terdiam sejenak sambil menatap lurus ke arah saya.

“Saya nggak berani kasih obat apa pun ke kamu. Karena penyakitnya memang belum ketahuan. Kita harus observasi dulu. Kamu beli thermometer, ukur suhu badanmu setiap hari. Nanti laporkan hasilnya ke saya. Kita cek sama-sama ya? Tapi, untuk saat ini, kamu harus lega karena nggak ada penyakit apa pun yang kamu derita. Kurangi stress, coba exercise ringan setiap sore.”

Jadi, keputusannya, dokter tak bisa mendiagnosa penyakit apa yang saya derita. Aneh katanya. Mama bingung, karena Mama paling tahu saat panas dan dingin itu menjalar di tubuh saya, juga pucat pasi dan lemas yang benar-benar lemas. Saya juga lumayan bingung, tapi cukup lega karena tak ada masalah dengan penyakit dalam. Suami juga kembali memotivasi saya untuk tetap ceria dan mau menjalani terapi rutin di H. Hamdani setiap minggunya.

So, adakah yang pernah mengalami hal yang sama dengan saya? Atau tahu penyakit-penyakit lain yang bisa dirasakan tapi tidak bisa dideteksi oleh alat-alat canggih laboratorium? Hmm. Wallahu’alam.   
              

That’s all.

-Tari, Chief Executive Officer Nekad Publishing 

10 komentar:

  1. Mmm, aku gk pernah mengalami ini, dan blm denger penyakit jenis ini. Ikut berdoa, semoga segera ketahuan apa penyebab demam nya, ditemukan solusi dan cepat sembuh total. Aamiin

    ReplyDelete
  2. saya juga merasakan hal serupa tapi seringnya dingin sampai mengigil di tengah malam tapi belum berani cek lab

    ReplyDelete
  3. suami sya pun begitu.hasil lab semua ok tp dokter ga tau sakit apa.sya jdi bingung apa yg harus sya lakukan

    ReplyDelete
  4. Anak saya jga begtu. Otot2 nya kaku dan sekujur tubuh kesakitan

    ReplyDelete
  5. Halo mba, boleh minta e-mail tidak? Saya jg mengalami Hal yg sama. Dan saya bingung harus selanjutnya melakukan apa. Saya berharap bisa mendapatkan saran dari mba untuk melakukan apa selanjutnya, krn Hal yg sama terjadi dgn saya juga. Terimakasih sebelumnya mba :)

    ReplyDelete