Saya Jatinese dan Saya Bangga

Saya tinggal di Jatiwaringin, kampung yang menjadi bagian dari Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang. Orang tua, kakek nenek, dan buyut saya juga berasal dari kampung ini. Sejak SD sampai SMP saya juga sekolah di sini. Tapi semasa SMA, orang tua menyarankan saya sekolah di SMA Negeri 4 Kota Tangerang, salah satu SMA favorit dan pernah menduduki peringkat kedua SMA terbaik ke provinsi Banten, yang jarak tempuhnya sekitar empat puluh lima menit dengan sepeda motor.

Semasa perkenalan siswa baru, saya agak dilemma ketika teman-teman atau guru-guru bertanya dari mana saya berasal. Saya memang bukan berasal dari gua hantu seperti si buta. Tapi rasanya berat sekali untuk memberitahu mereka bahwa saya berasal dari Jati. Mereka pasti akan bertanya lagi, “Jati mana? Jatiuwung?” Saya menggeleng, jengah. “Jatiwaringin, Mauk.” Jawaban itu biasanya akan disusul dengan raut bingung dan aneh dari si penanya. Dan saya akan menjelaskan dengan rasa panas yang menjalar ke kepala, “Itu loh, Jatiwaringin, Mauk. Tau Mauk nggak? Dari sini ke arah nagrak, luruuuuuuus terus. Ketemu lampu merah Cadas, luruuuuuus terus. Ketemu pasar Sepatan lurus lagi. Nanti ketemu deh Jati.” Jika seperti film kartun, mungkin di wajah teman-teman saya itu muncul banyak tanda tanya. Saya semakin jengah ketika ada guru meledek. “Rumah kamu di pelosok ya? Wah, kalau berangkat sekolah mesti bawa obor dong!” 


Ketika saya mengeluh tentang hal ini, Papa saya bilang, “Teteh nggak usah malu jadi orang kampung. Yang penting jangan kampungan!” Kalimat itu menohok hati saya dan memberikan letikan semangat. Saya pun terpekur, mencoba melihat kampung halaman saya dari sudut lain. Seketika saya merasa sangat beruntung, sebenarnya Jati tidak termasuk kategori kampung pelosok bila dibandingkan dengan kampung-kampung lain yang ada di Kecamatan Mauk atau beberapa kecamatan tetangga. Di sini, fasilitas umum dan fasilitas sosialnya cukup lengkap. Bila ingin berwisata ke pantai, saya hanya perlu lima belas menit perjalanan ke Tanjung Kait. Bila ingin melihat hamparan sawah, saya hanya tinggal menclok ke sawah nenek. Sungai Cirarab juga membentang sepanjang jalan. Bila ingin shopping, cukup dua sampai tiga puluh menit, mall-mall besar seperti Tang City, Bale Kota, Metropolis Town Square, bahkan Lippo Karawaci bisa diakses.  Tapi, yang tidak kalah menarik, Kecamatan Mauk punya monumen bersejarah, yakni Tugu Otto Iskandar Dinata. Ah, beruntungnya saya menjadi orang Jati. Let’s visit Jatiwaringin! (Yori) 

2 komentar:

  1. Wah keren kampungnya.
    Terus menulis ya mbak...

    ReplyDelete
  2. Aisy, hehee makasih. Insyaallah semoga kita tetep dikasih semangat nulis ya. :)

    ReplyDelete